Filsafat Aristoteles
Manusia memulai
berfilsafat ketika manusia itu sendiri mulai menyadari keberadaannya di dunia
yang dihadapkan pada berbagai kenyataan yang tidak dapat di pahaminya yang hal
ini memberikan suatu tanda tanya dalam diri manusia, seperti Kapan kehidupan di
dunia ini di mulai? Adakah yang menciptakanya? Siapakah manusia? Bagaimana
manusia dapat hidup? Walaupun pertanyaanya terlihat sederhana, tetapi tidak
mudah untuk di jawab.
Melalui filsafat manusia di suruh untuk
berfikir mendalam, menyeluruh dan kritis. Karena, pada hakekatnya manusia ingin
menjawab segala persoalan yang melingkupi kehidupan manusia dan pembicaraan
filsafat menjadi terbatas. Dalam rentang sejarah tidak sedikit manusia-manusia
jenius mencoba menjelaskan persoalan-persoalan tersebut, pikiran-pikiran mereka
sering kali bertentangan, radikal, bahkan tidak masuk akal. Seperti filsafat
Aristoteles yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Seorang filsuf besar dari yunani lahir
di Stageria yang hidup pada tahun 384-322 sebelum masehi. Ayahnya yang bernama
Nicomachus, beliau adalah seorang dokter di istana Amyntas III, Raja Macedonia.
Pada saat Aristoteles berkelana ke Asia kecil. Ia menikah dengan Pythias,
keponakan perempuan penguasa Atarneus. Namun pernikahanya tidak berlangsung
lama, kemudian Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis, dan di karuniani
seorang anak laki-laki yang di beri nama Nicomachus ( seperti nama ayahnya ).
Aristoteles belajar pada akademik Plato
selama 20 tahun, seorang murid dan lawan Plato. Dari situlah Aristoteles
menemukan pemikiran-pemikiran diantaranya pemikiran yakni tentang logika,
negara, metafisika, etika, pengetahuan dan ontologi.[1][1]
A. Logika
Aristoteles diangap sebagai Bapak
logika, karena dialah orang yang pertama kali dengan sistematik menyusun
kaidah-kaidah berfikir yang valid ( syah ). Berfikir logis sebelum masa
Aristoteles memang sudah dilakukan orang, tetapi sifatnya masih alami ( natural
), untuk hal-hal yang sederhana.[2][2]
Untuk hal-hal yang rumit masih di
perlukan adanya suatu asas berfikir yang maton ( devinisi ) yang dapat di
jadikan ukuran bagi benar atau salahnya suatu pernyataan. Untuk itulah
Aristoteles menyusun asas dan kaidah berfikir yang sekarang di kenal dengan
nama logika formil. Di sebut logika formil karena logika itu menyangkut kaidah
berfikir benar karena bentuknya. Sering juga di sebut logika tradisional,
karena nantinya berkembang apa yang di sebut logika bermoderen. Inti ajaran
logikanya ialah pada cara menarik kesimpulan dengan suatu cara yang di sebut
silogisme. Yaitu menarik kesimpulan dari kebenaran umum untuk hal-hal yang
sifatnya khusus.contoh yang kalsik silogisme sbb:
1. Semua orang fana
2. Aristoteles adalah orang
3. Aristoteles adalah fana
Kesimpulan bahwa Aristoteles adalah
fana, ditarik dari kebenaran yang sifatnya umum yaitu bahwa semua orang adalah
fana, padahal jelas bahwa aristoteles adalah jenis orang.
Menarik kesimpulan menurutnya dapat
dilakukan dengan dua jalan. Pertama dengan jalan silogisme, jalan ini disebut
juga apodity atau sekarang lazim disebut deduksi. Jalan kedua adalah epagogi,
yang sekarang disebut induksi, yaitu menarik kesimpulan umum dari
kenyataan-kenyataan khusus.[3][3]
Aristoteles juga berhasil menyusun
pengertian yang ada menjadi sepuluh macam yang disebut kategori yaitu:
1. Substansi
(diri), misalnya : manusia, rumah.
2. Kwantita
(jumlah), misalnya : satu dua tiga.
3. Kwalita
(sifat), misalnya : putih pandai tinggi.
4. relasi
(hubungan), misalnya : A anak B
5. Volume
(tempat), misalnya : di toko di rumah
6. tempos
(waktu), misalnya : kemarin sekarang nanti besok
7. situasi
(sikap), misalnya : duduk berdiri lari jalan
8. status
(keadaan), misalnya : guru pengasuh lurah
9. aksi
(tindakan), misalnya : membaca menulis membuat
10. passiva
(penderita), misalnya : tepotong tergilas
Dari macam kesimpulan kategori diatas,
substansi lah yang menjadi pokoknya. Kesepuluh kategori diatas meliputi
keseluruhan hubungan. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap sesuatu
pastilah merupakan zat sustansi,yang terdiri atas sekian banyak kwantitas ,
mempunyai tanda atau ciri kwalitas, tak lepas dai cakupan waktu tempo,
mempunyai sangkutpaut dengan lainnya relasi, mempunyai kedudukan tertentu
status, senantiasa berbuat aksi melahirkan renten yang lain passiva.
B. NEGARA
Menurut aristoteles, manusia pada
dasarnya mempunyai bakat moral, tetapi itu hanya dapat dikembangkan dalam
hubungannya dengan orang lain. Ia melakukan itu dengan perkawinan, mendirikan
keluarga dan akhirnya dlam negara. Manusia adalah Zoon Politikea (makhluk sosial). Negara tujuannya untuk mencapai
keselamatan bagi semua warga negaranya.
Afisika adalah mendidik rakyat agar
berpendirian tetap, berbudi pekerti baik serta pandai mencapai yang sebaik
baiknya.[4][4]
Aristoteles mengemukakan tiga bentuk
negara yaitu:
- Monarchi yaitu sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.
- Aristokrasi
- Politea yaitu pemerintahan berdasarkan kekuasaan seluruh rakyat (demokrasi).
Ketiga bentuk sistem pemerintahan
diatas dapat dibelokkan ke arah yang buruk. Sistem pemerintahan monarchi bisa
menjadi sistem pemerintahan tirani (pemerintahan oleh pengusa yang dzalim ) ; .
Sistem pemerintahan aristokrasi bisa menjadi oligarki (pemerintahan oleh
segelintir orang) ; kekuasaan politea bisa jadi anarki. Menurut aristoteles,
kombinasi antara aristrokasi dengan demokrasi adalah sebaik-baiknya.
C. METAFISIKA
Metafisika secara umum ialah suatu
pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang
sesuatu yang ada.
Bila orang-orang sofif banyak yang menganggap
manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam metaphysics
menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaren (mayer:152.) salah satu teori
metefisika aristoteles yang pentinh ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa
matter (barang) dan form (bentuk) itu bersatu, mater memberikan substansi
sesuatu, form memberikan pembungusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan
form, bagi plato mattwr dan form berada sendiri-sendiri.ia juga berpendapat
bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas.
Namun,ada substansi yang murni form,
tanpa potentialty. Jadi tanpa matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya adanya
tuhan. Bukti adanya Tuhan menurutnya adalah Tuhan sebagai penyabab gerak (a
fish cause of motion).
Tuhan itu menurut aristoteles berhubungan
dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam
ini. Ia bukan pesona. Ia tidak memperhatikan do’a dan keinginan manusia. Dalam
mencintai Tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah
kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontoh kesana untuk perbuatan dan
pikiran-pikiran kita (mayer:159).[5][5]
D. ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruknya, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.[6][6]
Tujuan etika ialah mencapai kebahgiaan
sebagai barang tertinggi dalam penghidupan. Tugas dari pada etika ialah
mendidik kemauan manusia memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan.
Kebaikkan letaknya ditengah-tengah antara dua ujung yang paling jauh. Misalnya
berani adalah antara pengecut dan nekat, dermawan antarak.ikir dan pemboros,
rendah hati letaknya antara jiwa budak dan sombong. Maka agar pandangan yang
sehat yaitu budi dan tahu mempengaruhi sikap manusia, perlulah manusia pandai
menguasai diri. Orang yang dapat menguasai diri tidak akan terombang-ambing
oleh hawa nafsu, tidak akan tertarik oleh kemewah-mewahan.[7][7]
Disamping etika mengambil jalan tengah
ada tiga hal yang perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan hidup yakni :
- Manusia harus memiliki harta secukupnya, supaya hidupnya terpelihara.
- Manusia harus memiliki rasa persahabatan
- Manusia harus memiliki keadilan.
Keadilan dan persahabatan adalah budi
yang menjadi dasar hidup bersama dalam hidup bersama dalam keluarga dan Negara.[8][8]
E. PENGETAHUAN
Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa
pemikiran filsafat lebih maju,dasar-dasar sains diletakkan. Kuasa akal mulai
dibatasi, ada kebenaran yang umum, jadi tidak semua kebenaran relatif. Sains
dapat dipegang sebagian dan diperselisihkan sebagian. Seluruh alam merupakan
suatu organisme besar, disusun dan digerakkan pertama oleh tuhan, menjadi satu
kesatuan menurut tertentu.[9][9]
F. ONTOLOGI
Menurut Aristoteles ontologi pada
dasarnya di maksudkan untuk mencari makna ada dan struktur umum yang terdapat
pada ada, struktur yang dinamakan kategori dan susunan ada. Akan tetapi hasil
pencarian Aristoteles menunjukkan bahwa pertanyaan mengenai makna ada membawa
kita pada penghargaan terhadap keajaiban eksistensi manusia, sedangkan studi
mengenai kategori membawa pada sebab pertama asal usul dari segala sesuatu (
Tuhan ). Tidak berlebihan jika di katakan bahwa motif yang sesungguhnya dalam
studi mengenai ontologi adalah jastifikasi atau evokasi terhadap agama, di
samping jastifikasi atas pengetahuan dan emosi etis. [10][10]
Penutup
Aristoteles menemukan
pemikiran-pemikiran, diantara pemikirannya itu antara lain tentang logika,
negara, metafisika, etika, pengetahuan, dan ontologi. Aristoteles dianggap
sebagai bapak logika, karena dialah orang yang pertama kali dengan sistematik
menyusun kaidah-kaidah berfikir yang valid (syah).
Menurut Aristoteles, manusia pada
dasarnya mempunyai bakat moral, tetapi itu hanya dapat dikembangkan dalam
hubungannya dengan orang lain. Metafisika secara umum merupakan suatu
pembahasan filasafi yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang
sesuatu yang ada.
Pendapat kami setuju dengan pemikiran
Aristoteles tentang filsafat, didalam berfilsafat beliau menggunakan logika,
berbeda dengan Plato yang tertarik pada pengethuan kealaman dalam filsafatnya,
dan ia mementingkan observasi. Aristoteles juga percaya adanya Tuhan, bukti
adanya tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab penggerak.
DAFTAR
PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya
Khanafie, Imam. 2006. Filsafat Islam, Pekalongan: Stain Press
Skoot,Louis._______. Pengantar Filsafat, ______
Fearn, Nicholas. 2002. Cara Mudah berfilsafat. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Abidin, Zaenal.2011. Penagntar Filsafat Barat. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar